Kamis, 05 September 2013

Selamat siang

“Sometimes we need to forget some people from our past because of one simple reason: they just dont belong in our future.” -Anonymous-




Selasa, 03 September 2013

Nyi Pelet atau Kuchisake Onna?

Hari ini hari pertama di semester tujuh. Ga berasa udah angkatan tua. Padahal baru kemarin ditanyain kelas berapa sama mba wewen yang punya salon, disangka umur 16 tahun sama dokter di klinik, dibilang "kalo udah gede nanti pake maskara bagus deh." sama sales promotion girl salah satu brand make up, dan disangka adiknya saudara yang lebih muda 4 bulan sama supir ojek. Rasanya jalan bareng anak SD juga bakal disangka seniornya di SD. Haha ga masalah, aku seneng-seneng aja sih. Berarti bisa deh kapan-kapan nyamar jadi anak SMP atau SMA buat mengamati perilaku konsumen. #modus

Seperti biasa, setiap mau masuk kuliah barang bawaan kayak baju, kerudung segala macem diangkut ke Jatinangor. Barang bawaan udah kayak orang mudik. Pas naik angkot aku duduk di bangku belakang supir persis menghadap ke pintu angkot. Di sebelah kanan aku ada seorang bapak usia sekitar 40 tahun, sebelah kiri tempat yang aku duduki ada seorang bapak usia sekitar 50 tahun, di depan aku duduk seorang perempuan usia sekitar 30 tahun dan disebelah perempuan tersebut duduk seorang perempuan usia sekitar 2 tahun lebih muda. Ga lama aku naik angkot, Bapak yang duduk di sebelah kanan aku turun. Karena ngerasa gerah, aku nyoba buat geser ke tempat Bapak sebelah kanan tadi. Ga ada angin, ga ada hujan, tiba-tiba kaki aku berasa ada yang nginjek, otomatis aku liat kaki aku yang ternyata memang lagi diinjek sama perempuan yang duduk tepat di depan aku. Kaget pas liat ternyata dia sengaja injek kaki aku dengan mata melotot.
Persis pemeran utama di film berjudul “Dendam Nyi Pelet”, mata perempuan itu seolah menyembul hampir keluar dari tempatnya. Ga ada suara apapun yang keluar dari mulutnya. Kalo aku gambarin pake paint hasilnya kayak gini:

*Ilustrasi dibuat oleh korban (Harap maklum, korban kurang ahli menggambar). Pelaku mengenakan jaket parasit berwarna pink, rok hitam, rambut panjang terurai sampai pinggang dengan potongan lurus, jenis rambut mengembang dan bergelombang agak mirip Hantu “Nangnak” yang terkenal di Thailand atau “kuchisake onna” di Jepang, dan sepatu boot hitam yang haknya setebal kaki meja makan berbahan kayu jati pada jaman dulu untuk keluarga besar.

Sempat terlintas untuk turun dari angkot dan lari tapi tadi pagi itu kopo lagi panas-panasnya. Matahari lagi meraja. Rencana itupun urung dilakukan. Bingung, ga ngerti mesti bilang apa biar dilepas. Akhirnya Cuma bisa bilang “Maaf”. Selang beberapa detik, kaki bersepatu boots itupun melepaskan kaki aku dari injakannya. Karena deg-degan dan ga pengen liat muka perempuan itu lagi, akupun membuang pandangan ke kaca spion supir angkot. Berjaga-jaga supaya ga lengah kalo tiba-tiba si perempuan menyeramkan itu menyerang kembali. Tapi sekitar 3 menit dari kejadian, si perempuan turun dari angkot dengan suara cemprengnya. Ga lama setelah perempuan itu turun, mba-mba yang sedari tadi menyaksikan kejadian itu nanya sama aku “Tadi kenapa teh? Serem ya ceweknya kayak yang stress.” aku dengan wajah pucat pasi dan debar jantung yang ga menentu cuma bisa jawab “iya, ga ngerti.”
Dalam pikiran aku malah nyangka dia sejenis kerasukan atau emang titisan dari Nyi Pelet yang dendam sama siapa aja yang duduk didepannya. Entahlah mungkin cuma dia dan Allah yang tahu.

Pertemuan pertama di kampus ya seperti di awal semester-semester sebelumnya. Cuma ngobrol tentang konsep dan jam kuliah yang bakal dijalanin selama satu semester nanti. Sekian cerita aku kali ini, Jadi tadi itu Nyi Pelet atau kuchisake onna? Ah, semoga ga ketemu lagi sama makhluk macam begitu. Salam untuk pak pos dari penghuni kamar No.1 Wisma Lestari. Adios amigos mucho gracias.

"Life is like riding a bicycle. To keep your balance you must keep moving."

-Albert Einstein-